
Kalau ngomongin soal striker tajam yang bener-bener punya naluri pembunuh di depan gawang, nama Ruud van Nistelrooy gak boleh dilewatin. Lo bisa tanya fans Manchester United, Real Madrid, atau bahkan PSV Eindhoven—semua pasti sepakat: Ruud adalah salah satu penyerang paling kejam dan efisien yang pernah ada di era modern.
Gak banyak gaya, gak banyak trik. Tapi sekali dikasih bola di dalam kotak penalti? Selesai urusan. Kiper cuma bisa nengok. Itulah Ruud van Nistelrooy.
Awal Karier: Dari Belanda, Muncul Calon Mesin Gol
Van Nistelrooy lahir di Oss, Belanda, tahun 1976. Karier profesionalnya dimulai bareng Den Bosch, sebelum pindah ke Heerenveen dan akhirnya mencuri perhatian bareng PSV Eindhoven. Di PSV, dia benar-benar meledak—borong gol di Eredivisie dan dapet gelar top skor dua musim beruntun.
Waktu itu, gaya mainnya udah jelas banget: selalu ngendap di kotak penalti, cari ruang sekecil apa pun buat nembak, dan gak pernah buang-buang peluang. Tipe striker yang bikin bek lawan gak bisa tenang walau cuma sedetik.
Gabung Manchester United: Mesin Gol Asli di Era Fergie
Tahun 2001, akhirnya Sir Alex Ferguson bawa dia ke Old Trafford. Transfer ini sempat tertunda karena cedera lutut parah, tapi begitu fit, Ruud langsung kasih bukti. Musim debut? Langsung cetak 36 gol di semua kompetisi. Gila gak tuh?
Selama lima musim bareng Manchester United, Ruud jadi andalan utama di lini depan. Lo bisa bilang dia adalah striker klasik: gak terlalu mobile kayak sekarang, tapi positioning dan finishing-nya itu lho… kelas dunia. Total dia cetak 150 gol dalam 219 penampilan buat Setan Merah.
Yang paling ikonik? Musim 2002/2003 waktu dia bawa United juara Premier League dan jadi top skor dengan 25 gol. Bahkan di Liga Champions pun dia jadi top skor dua kali! Bayangin, di era sebelum Messi-Ronaldo, Van Nistelrooy udah langganan top scorer.
Pindah ke Real Madrid: Ganti Kostum, Gak Ganti Naluri
Tahun 2006, Ruud pindah ke Real Madrid. Banyak yang bilang kariernya bakal menurun, tapi ternyata… dia malah makin ganas!
Di musim pertamanya bareng Los Blancos, dia cetak 33 gol dan bantu Madrid rebut gelar La Liga. Lagi-lagi, dia jadi top skor liga. Gokil, ya? Di usia yang udah gak muda, dia masih bisa bersaing di level tertinggi.
Fans Madrid sampe kasih julukan “Van Gol” — karena tiap pegang bola, peluang jadi gol tuh tinggi banget. Mungkin dia gak se-glamor striker lain yang penuh skill individu, tapi dalam hal efisiensi? Gak ada lawan.
Gaya Main: Simpel, Efisien, dan Mematikan
Kalau lo suka striker yang penuh skill kayak Benzema, Lewandowski, atau Haaland, lo wajib tau kalau Van Nistelrooy itu “bapak” dari striker efisien. Gaya mainnya gak neko-neko. Umpan dateng, kontrol satu-dua sentuhan, tendang, gol. Gitu terus.
Dia bukan pemain yang sering bikin gol indah. Tapi kalau soal pentingnya gol? Jangan ditanya. Banyak gol dia tuh penentu kemenangan, bukan gol pelengkap. Dan itu bikin dia selalu dihormati di mana pun dia main.
Timnas Belanda: Sayang, Kurang Bersinar
Di level klub, Ruud udah kayak dewa. Tapi di timnas Belanda, sayangnya dia gak bisa ngasih banyak trofi. Padahal, dia punya catatan gol yang bagus juga—35 gol dari 70 pertandingan. Tapi mungkin karena era itu Belanda lagi “setengah matang” dan belum punya keseimbangan tim yang solid.
Dia ikut beberapa turnamen besar kayak Euro 2004, Piala Dunia 2006, dan Euro 2008. Tapi ya itu tadi—gak pernah berhasil angkat trofi bareng Oranje.
Setelah Gantung Sepatu: Pelatih dan Mentor
Setelah pensiun, Van Nistelrooy gak jauh-jauh dari dunia bola. Dia jadi pelatih akademi, asisten timnas Belanda, bahkan sempat jadi pelatih utama PSV Eindhoven. Dan lo tau? Dia lumayan oke juga jadi pelatih. Gaya kepemimpinannya lebih kalem, tapi tegas.
Banyak striker muda yang belajar dari dia, karena siapa sih yang gak pengen dapet ilmu dari salah satu predator kotak penalti paling gila di awal 2000-an?
Legacy Ruud van Nistelrooy: Striker yang Gak Ribet, Tapi Selalu Efektif
Di era sekarang, striker sering diminta buat pressing, build-up, bahkan bantu bertahan. Tapi zaman Ruud? Tugas dia jelas: cetak gol, titik. Dan dia sukses banget dengan gaya itu.
Fans United masih inget dia dengan bangga, fans Madrid pun sama. Bahkan di Belanda, dia tetap dihormati meskipun prestasi timnas gak secerah karier klubnya.